Aku ingin sedikit berkisah tentang baginda Rosulullah SAW. Kisah detik-detik wafatnya Rosulullah. Memang sering aku membacanya, sengaja aku simpan di blog ini untuk semua umat islam di dunia bahkan aku membacanya berkali-kali. Jujur, sewaktu aku membaca ini di note facebook salah satu fans page yang entah apa namanya, aku menangis bahkan terisak ketika membaca bagian terakhir. Sangat terharu, dadaku sesak menahan buncahan rasa rindu ingin bertemu beliau. Ya, kemudian sewaktu di kampus, dosenku kembali berkisah tentang detik-detik sebelum kepergian manusia terkasih ini dan lagi aku menitikkan air mata, betapa Rosul mencintaiku bahkan kita semua tapi apa yang sering aku perbuat untuk membalas cintanya?, sering aku mengecewakannya. Nabiku, Rosulku... maafkan aku.
Kali ini aku rindu, benar-benar rindu ingin berjumpa denganmu. Ya Allah, biarkan rasa rinduku ini selalu ada untuk Rosulullah SAW.
Baiklah, yuk kita baca dan resapi dengan sekhusyu-khusyunya...
Pagi itu
RasulullAh berkutbah, " Wahai umat ku. kita semua dalam kekuasaan Allah
dan cinta kasih_Nya, maka taat dan bertaqwala kepada_Nya.
Ku wariskan
dua perkara kepada kalian, Al Qur'an dan Sunnahku. Siapa yang mencintai
Sunnahku, berarti mencintaiku dan kelak orang-orang yang mencintaiku
akan masuk surga bersama-sama aku" Kutbah singkat itu di akhiri dengan
pandangan mata rasululloh yang tenang dan penuh minat menatap satu
persatu sahabatnya.
Abu bakar
menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang. Ali menundukkan kepala. Isyarat telah
datang, saatnya telah tiba, " Rasulullah akan meninggalkan kita semua"
keluh hati sahabat. Manusia tercinta itu, hampir selesai tunaikan
tugasnya.
Tanda-tanda itu makin kuat. Ali memeluk rasululloh yang lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Matahari
kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Di dalamnya
rasul terbaring lemah dengan kening berkeringat membasahi pelepah kurma
alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar salam, "bolehkah
saya masuk?' tanyanya. Fatimah tak mengizinkan masuk. "Maafkan ayahku
sedang demam." Ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya, "siapakah itu wahai anakku" "Tak taulah ayahku,
sepertinya baru kali ini aku melihatnya" tutur Fatimah lembut.
Rasul
menatap putrinya dengan pandangan yang mengetarkan. Seolah-olah setiap
bahagian demi bahagian wajah putrinya hendak dikenangnya. " Ketahuilah.
Dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. dialah malaikul maut" kata Rasulullah. Fatimahpun
menahan ledakan tangisnya.
Ketika
malaikat maut datang mendekat, Rasul menanyakan kenapa Jibril tidak
menyertainya. Kemudian di panggilah Jibril yang sudah bersiap di atas
langit dunia menyambut ruh kekasih Allah ini. "Jibril, jelaskan apa
hakku nanti di hadapan Allah" tanya Rasul dengan suara yang teramat
lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka. para malaikat telah menanti
ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Ternyata
itu tidak membuat Rasul lega. Matanya masih penuh gambaran kecemasan. "
Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril. " Kabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" " Jangan khawatir ya rasul
Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepada ku, Ku haramkan
surga bagi siapa saja, kecuali umat muhammad telah berada di dalamnya"
kata Jibril.
Detik-detik
semakin dekat. Saatnya Izrail melakukan tugasnya. Perlahan ruh
Rasulullah di tarik. Nampak sekujur tubuh rasul bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini"
Rasulullah mengaduh lirih. Fatimah terpejam. Ali yang berada di
sampingnya menunduk semakin dalam. Jibril memalingkan muka. "Jijikkah
kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah
pada malaikat pengantar wahyu itu. ' Siapa yang sanggup melihat kekasih
Allah di renggut ajal," kata Jibril. Kemudian terdengar Rasul mengerang
kerana sakit yang tak tertahankan. "Ya Allah, dasyat nian maut ini,
timpahkan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku".
Badan Rasul
mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan
telinganya, " Uushikum bis shalati, wa maa malakat aymanukum.
Peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu"
Di luar
pintu tangispun mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya. Dan Ali kembali mendekatkan
telinga dibibir Rasul yang mulai kebiruan, " Ummatii..., ummatii....,
ummatii...," Berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi."
Betapa
cinta Rasulullah kepada kita. Betapa sayangnya beliau kepada
pengikutnya yang belum pernah dilihatnya sekalipun...walaupun sedang
berada di ambang maut.
Semoga kita senantiasa mengingat beliau, sebagaimana beliau yang meskipun ruh hampir sampai pada titik namun tetap mengingat kita.
Ya Allah, sampaikan salam rindu, sayangku untuk Nabiku, Muhammad SAW
0 Response to "KISAH DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi