Sastra - Tentang Aku, Kata dan Malam

Add caption
Aku pernah merasa seperti mati, merasa seperti tak bertenaga, merasa seperti tak ada lagi celah untuk aku hidup di punggung bumi. Karena banyak hal, karena banyak alasan, dan itu beragam bukan hanya karena satu. Aku pernah menyalahi hidup, menyalahi diri sendiri, menyalahi Tuhan, menyalahi semua yang ada di sekelilingku, waktu itu aku merasa sebagai makhluk paling menyedihkan sedunia.
Untuk kesekian kali aku mengucuri tempat ini dengan kata. Untuk kesekian kali aku menepi di sudut kamar dengan ditemani deretan huruf, kesunyian, kegundahan dan angin yang tipis, sesekali mendekati bibir jendela menyibakkan tirainya dan menatap langit. di sana ada matahari, ada awan, ada kupu-kupu, ada kenari menari-nari. Jemari kiri kembali menyibakkan tirai sebelah punggungku, di sana aku melihat bulan, bintang, kunang-kunang, kesyahduan. Aku rindu berada diantaranya, bersama mereka disana.

Kuteguk beberapa kali kopi di meja, rasanya yang tak begitu pait juga tak begitu manis. Untuk pertama kalinya aku meneguk kopi, dan memang benar setelah tenggorokanku dialiri kopi mataku begitu ceria tak dirundung kantuk. Beberapa kali aku berbincang dengan pena, belum cukup mengusir keceriaan mata. Ia tetap tak ingin berpejam, dan terus kulanjutklan berbincang dengan pena dan kertas yang isinya sudah mulai penuh. Aku berbicara tentang keinginanku, tentang mimpiku, tentang cita-citaku. Aku menuai rasa pada kotak kecil yang kusebut doa, kusimpan selalu dalam hati untuk selalu dapat melihatnya.

Aku pernah,
menyukai seseorang yang tidak baik (katanya)
tapi aku tetap menyukainya sampai aku bisa melakukan apapun untuknya
aku tidak peduli dia jengah dengan ulahku, sikapku, tingkahku, dan kebodohanku
aku tetap menyukainya.

Aku pernah,
hidup dan bangun setelah mati dan terjatuh
hidup dan bangun karena seseorang yang tidak baik itu, seseorang yang menyebalkan, seseorang yang keras kepala, dan tidak bisa menjaga ucapannya.
Tapi aku menyukainya, aku tetap menyayanginya
entah karena apa aku tetap menginginkannya, bahkan selamanya.

Aku pernah,
berharap bisa melengkapi kekurangan seseorang yang tidak baik itu (sekali lagi katanya)
padahal dia begitu baik bagiku, menurutku.

Yah, aku pernah... menuliskan aksara ini pada garis-garis malam yang tersisa. Bicara tentang rasa, kejujuran kata tentang cinta pada bejana cantik yang hanya akulah pemiliknya. ^_^

0 Response to "Sastra - Tentang Aku, Kata dan Malam"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi