Pengalaman pertama, tidak ada sekolahnya, tidak ada kursus/privat, setiap detiknya belajar dan belajar.
Ya, saat itu... Kelahiran anakku, merubah hidupku.
.
Kelahiran anak ini merubah jam tidur dan bangunku.
Melenyapkan jam makanku. Melupakanku dengan waktu santai. Memaksaku bergerak cepat, apapun.
.
Di awal, meskipun kukatakan siap pada diriku ini. Nyatanya tidak. Aku belum sepenuhnya siap. Persoalannya tidak mudah, ternyata. Dan kutemukan kesulitan dalam menjalani hidup yang baru. Rasanya melelahkan, semesta tak berpihak, atau justru diri yang tidak berpihak? Entahlah, hari-hari awal setelah berjuang di ambang kematian, bersama buah hati, tidak mengenakkan. Belum kutemukan naluri cinta ibu untuk anaknya, mungkinkah ini yang dinamakan baby blouse?
.
Yang dibutuhkan saat itu adalah ketenangan, suport, dan kesunyian. Jauh dari bising bibir tak sopan, jauh dari pertanyaan yang tak bertatakrama. Detik demi detik dilalui, hingga minggu, bersama bayi mungil ini. Saat itulah kurasa mulai berkawan dengan keadaan, berkawan dengan lelah, berkawan dengan kantuk, haus dan lapar.
dan,
Cinta itu datang
Lebih banyak dari kemarin
Lebih menggoda dari ketika hamil
Lebih menarik dan energik
Lebih menggelora
.
Anakku, aku ibumu..
Sangat mencintaimu, sangat menyayangimu. Sangat mengagumimu.
Tak bosan kucium pipimu dengan brutal, wangimu kusuka, tawamu kulega. Doa-doa untukmu terpatri dan selalu terpanjat usai sholat, dalam renung, sepenuh hati. Tak bisa kuungkapkan besarnya kasihku, tak dapat kujelaskan rasaku untukmu, anakku. Setelah memilikimu, aku semakin paham apa itu pengorbanan, apa itu cinta, sayang, serta kasih.
.
Kini, kau sudah 17 bulan, nak.. bukan lagi berjalan, kini kau suka berlari, mendahului ibumu.
Panggilanmu selalu menciptakan bahagia, "mamah... Mamah... Mamah.."
Padahal slalu kuulang untuk memanggilku bunda . Tapi tak apa, apapun itu tetap kau bermaksud mencariku.
.
Harapanku,
Bisa menjadi ibu yang mampu mengenalkan kehidupan ini dengan benar, dengan baik, dengan Tuhan.
.
Kelahiran anak ini merubah jam tidur dan bangunku.
Melenyapkan jam makanku. Melupakanku dengan waktu santai. Memaksaku bergerak cepat, apapun.
.
Di awal, meskipun kukatakan siap pada diriku ini. Nyatanya tidak. Aku belum sepenuhnya siap. Persoalannya tidak mudah, ternyata. Dan kutemukan kesulitan dalam menjalani hidup yang baru. Rasanya melelahkan, semesta tak berpihak, atau justru diri yang tidak berpihak? Entahlah, hari-hari awal setelah berjuang di ambang kematian, bersama buah hati, tidak mengenakkan. Belum kutemukan naluri cinta ibu untuk anaknya, mungkinkah ini yang dinamakan baby blouse?
.
Yang dibutuhkan saat itu adalah ketenangan, suport, dan kesunyian. Jauh dari bising bibir tak sopan, jauh dari pertanyaan yang tak bertatakrama. Detik demi detik dilalui, hingga minggu, bersama bayi mungil ini. Saat itulah kurasa mulai berkawan dengan keadaan, berkawan dengan lelah, berkawan dengan kantuk, haus dan lapar.
dan,
Cinta itu datang
Lebih banyak dari kemarin
Lebih menggoda dari ketika hamil
Lebih menarik dan energik
Lebih menggelora
.
Anakku, aku ibumu..
Sangat mencintaimu, sangat menyayangimu. Sangat mengagumimu.
Tak bosan kucium pipimu dengan brutal, wangimu kusuka, tawamu kulega. Doa-doa untukmu terpatri dan selalu terpanjat usai sholat, dalam renung, sepenuh hati. Tak bisa kuungkapkan besarnya kasihku, tak dapat kujelaskan rasaku untukmu, anakku. Setelah memilikimu, aku semakin paham apa itu pengorbanan, apa itu cinta, sayang, serta kasih.
.
Kini, kau sudah 17 bulan, nak.. bukan lagi berjalan, kini kau suka berlari, mendahului ibumu.
Panggilanmu selalu menciptakan bahagia, "mamah... Mamah... Mamah.."
Padahal slalu kuulang untuk memanggilku bunda . Tapi tak apa, apapun itu tetap kau bermaksud mencariku.
.
Harapanku,
Bisa menjadi ibu yang mampu mengenalkan kehidupan ini dengan benar, dengan baik, dengan Tuhan.
Ibumu
0 Response to "Cinta Datang Secara Perlahan"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi