Jakarta, Radar Seni – Penulis novel best-seller
Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, Ahmad Fuadi, berangkat ke Italia
setelah terpilih sebagai Resident Writer di sebuah program prestisius
Bellagio Center. Tak hanya Fuadi, beberapa seniman dan akademisi dari
seluruh dunia juga mengikuti kegiatan yang didanai Rockefeller
Foundation tersebut. Salah satu penulis yang pernah menjadi resident di
program ini adalah Michael Ondaatje, penulis novel English Patient yang
kemudian diangkat ke layar lebar dan memenangi 9 piala Oscar tahun 1996.
Dari Negeri Pizza itu, dia akan menulis kisah anak-anak Sumatera Barat.
Di Italia, Fuadi akan tinggal di sebuah villa di pinggir Danau Como
di utara Italia. Di situlah Fuadi akan menulis novel terbarunya selama
sebulan sejak 25 Oktober mendatang. Pria yang lahir 30 Desember 1972 ini
memang ingin terus mengembangkan sayap, mencari semakin banyak
pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
“Saya sangat bersyukur bisa terpilih dan mendapat kesempatan langka
ini. Menulis dengan suasana yang tenang dan tinggal 1 bulan di sebuah
villa di pinggir salah satu danau terindah di dunia,” ujar Fuadi.
Menurut Fuadi, dari kamar villanya dia bisa melihat danau dan
puncak-puncak Alpen di Swiss yang hanya berjarak beberapa kilometer
saja. “Di Itali saya akan mulai menulis novel keempat saya tentang
kehidupan anak-anak di Sumatera Barat,” imbuhnya.
Nantinya novel yang ditulis Fuadi di Italia akan bercerita tentang
kehidupan anak-anak di pinggir Danau Maninjau, tempat kelahirannya.
Meski settingnya lokal, namun ada pandangan global dalam tulisan itu
nantinya.
“Kebetulan banget, ceritanya diilhami pengalaman saya lahir dan besar
di pinggir danau di Minangkabau. Siapa kira saya dapat kesempatan
menuliskan pengalaman ini di pinggir sebuah danau juga, tapi di Itali,”
tutur suami Danya Dewanti ini.
Saat ini Fuadi tengah mengedit buku ke-3 dari trilogi Negeri 5
Menara. Novel ketiga Fuadi ini sedang memasuki penyelesaian akhir.
Diharapkan pada awal tahun 2013 mendatang novel tersebut sudah bisa
terbit. Novel tersebut akan bercerita tentang petualangan tokoh Alif
setelah dia lulus kuliah. Dia akan melakukan pencarian banyak hal,
seperti kerja, jodoh dan misi hidupnya.
“Settingnya di Jakarta dan Washington DC. Yang seru antara lain
bagaimana Alif menemukan jodohnya. Tunggu saja awal tahun untuk lebih
lengkah,” lanjut Fuadi memberikan sedikit bocoran.
Dia menyebut saat ini novel Negeri 5 Menara menjadi novel Indonesia
terlaris sepanjang sejarah penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel itu
bahkan sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The Land of
Five Towers.
Sedangkan buku keduanya, Ranah 3 Warna, sedang dalam proses
penerjemahan. Selain itu Fuadi akan diundang menjadi pembicara di
pameran buku terbesar dunia, Frankfurt Book Fair pada pertengahan
Oktober. Dia juga akan menjadi pembicara di Singapore Writers Festival
di awal November 2012.
“Semoga saya bisa ikut mengenalkan dunia buku Indonesia ke masyarakat
dunia. Sudah saatnya kita giatkan literasi Indonesia untuk dunia,”
harap Fuadi.
Profil
Profil
Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember
1972; umur 39 tahun) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan
dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang
merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai
dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih
baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009.
Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga
masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah
satu penerbit di negeri jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya
dalam versibahasa melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari
Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011.
Fuadi mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu
pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra
sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia dini
yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogodan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan
Internasional diUniversitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan
Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas
reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998,
dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and
Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington
DCbersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa
kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi
koresponden TEMPO dan wartawanVOA. Berita bersejarah seperti peristiwa
11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White
House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan
beasiswa Cheveninguntuk belajar di Royal Holloway, University of London
untuk bidang film dokumenter. Penyuka fotografi ini pernah menjadi
Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi:The Nature Conservancy.
Ia adalah cucu Buya H. Sulthany Datuk Rajo Dubalang dan Buya Sulaiman Katik Indo Marajo. (indraswari)
0 Response to "Ahmad Fuadi: Dari Italia Persembahkan Kisah Anak-anak Sumatera Barat"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi