Jemariku lemas, langkahku terhenti,
tersungkur dan menepi di pagar besi, mataku buram…
“Aku kenapa..?” Bibirku kelu,
hati bertanya tiada henti.. langkahku kelu, dingin tak mampu memijak langkah
yang baru.
“Tadi kamu pingsan disudut jalan
nak, rumahmu dimana biar nanti ibu yang antar..” Ujar seorang wanita tua
disampingku.
“Pingsan..?” Tanyaku lirih
Dan,
Aku ingat sekarang, memang aku
pingsan setelah membaca pesan laki-laki itu “kekasihku” tadi.
“Kenapa diam nak, siapa nama
kamu..?” Tanya wanita itu sekali lagi
“Namaku? Siapa namaku??” Aku
bertanya dalam hati.. tak ingat sedikitpun tentang hidupku..
Kuraih Handphone yang berada
disisi, kutulis sesuatu sebagai petunjuk untuk wanita berkulit sawo matang
itu..
“Aku tak ingat apa-apa, aku lupa namaku, aku hanya ingat laki-laki yang
membunuhku..”
“Laki-laki? Membunuhmu? Kamu
tidak mati nak, tak ada laki-laki ditempat itu. Tadi, kamu pingsan dan kepalamu
terbentur pagar dan terluka” ujar sang ibu menjelaskan.
Dengan cepat kubalas perkataan wanita
itu “Tidak, tidak.. aku ada bersama laki-laki itu, dia telah membunuhku, aku
mati bu… tak bisa bergerak”
“Ibu tidak mengerti nak, mungkin
luka dikepalamu membuat kau lupa segalanya, kau tak bisa bicara rupanya..”
Wanita itu bergumam dalam hati.
Wanita tua berbaju batik cokelat
lusuh kembali bericara, dengan membetulkan gelungan rambut putihnya dan kembali
mengunyah sirih dimulut keriputnya, terlihat sederet gigi yang masih komplit
berwarna merah bicara.
“Baiklah, untuk sementara kamu
tinggal disini bersama ibu, kebetulan ibu hanya sendiri disini. Ibu panggil
kamu nada yang berarti embun”
Aku tersenyum, haru dan memeluk wanita itu “Ibu” aku benar-benar
merasakan kehangatan sosok ibu kembali, kupanggil “ibu” dalam hati karena aku
bisu, semenjak itu entah detik kapan tak kuingat.
****
“Aku ingin tersenyum tanpa paksa, ingin terbang tanpa ragu,
sayapku geraklah, ajak aku terbang. Ayolah jangan kaku, Ayolah …” Terus saja
berusaha memaksa diri bahwa aku adalah merpati, namun percuma, yang kulihat
hanya tangan kanan dan kiri , bukan sayap.
“Aku sadar, aku tak lagi sekuat dulu. Kau inginkan aku
terbang bebas, bagaimana mungkin aku bisa terbang sesukaku setelah sayapku kau
patahkan? Tentu hanya kamu sendiri yang mampu membersihkan luka-luka ini”
Gumamku dalam hati.
“Makan dulu nada, ibu masak singkong rebus..” Ajak Ibu
“Iya bu, aku mau…” Sautku dalam hati, tersenyum dan
menghampiri ibu tua dihadapanku..
Lalu kucium pipi berkeriput ibu itu, matanya berbinar. Aku
bingung, apa ibu tak suka kucium pipinya? Kuhapus airmata ibu, dengan isyarat
aku bertanya “kenapa ibu menangis..?”
“Kamu seperti anak ibu yang sudah meninggal, Nada. Ibu
sayang nada..” Dengan cepat ibu langsung memelukku, erat. Tak kurasa airmatapun
menetes basahi bahu ibu “Aku juga sayang
ibu”
3 Hari sudah aku bersama ibu, sembuhkan luka namun percuma.
Ah, sepertinya merpati harus pergi tinggalkan ibu untuk beberapa jam, menghirup
udara luar yang ganas dipinggiran kota ,
berayun dengan anak merpati lainnya.
“Kamu mau kemana nak?” Tanya ibu hentikan langkahku
“Aku ingin mencari uang untuk ibu..” Jawabku dalam hati,
dengan isyarat aku menjawab dan syukurlah ibu mengerti maksudku.
“hati-hati ya nak, cepat pulang…”
Aku tersenyum, melambaikan tangan ke arah ibu.
Cuaca hari ini sangat panas, sayapku tak berfungsi, aku
harus berjalan tertatih untuk mencapai lampu merah. Dengan menggenggam gelas
kecil bekas aqua kudekati kendaraan-kendaraan yang sedang berhenti,,
Tiba-tiba…
“Itu laki-laki yang membunuhku, aku harus membunuhnya. Dia
berhasil mematahkan sayapku hingga aku lemah tak berdaya, wanita disampingnya
siapakah ia? Oh, mungkinkah kekasihnya?” Aku berjalan tergesa, mendekati mobil
diseberang jalan sana .
“Jangan Pergi…!!!!!!!!!!, Tunggu aku…!!!!!” Aku berusaha
mencegahnya, berteriak semampuku, namun tak ada hasil, tak ada yang
mendengarku, sial. Dan iaun berlalu dari pandanganku, tanpa menoleh s’detikpun.
Aku benci hidupku, dia tuli dan aku bisu, aku bisu namun
bisa melihat kamu dan mendengar suara bahwa itu kamu, tapi kamu tuli dan buta
akan sosok diriku, kini kamu berlalu melayukan bunga yang dahulu mekar, mematahkan
sayap yang dulu sempurna dan membiarkannya mati, Pembunuh!!!
0 Response to "Cerpen Kekasih - AKU MERPATI!!!"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi