Mengikat Hikmah Haul Akbar Buntet Pesantren

Haul Buntet Pesantren pada tanggal 07 April 2012, berbondong-bondong tamu dari dalam maupun luar Buntet. Begitu banyak pengunjung yang menghadiri acara tersebut, termasuk saya sebagai salah satu alumni buntet, tepatnya di pondok pesantren Al-Inaaroh, atas asuhan KH.Adib Rofiuddin Izza. 
Masih ingat jelas kenangan-kenangan indah di pondok ini. Banyak cinta, keluarga, serta ilmu yang dulu amat sangat minim untuk saya ketahui. Kembali bertemu kyai, nyai, teman-teman seperjuangan, rasanya sangat mengikat hati untuk kembali ke tempat ini.

Di tempat ini tidak selalu ada tawa, kadang juga airmata. Airmata sedih maupun bahagia, merasakan bagaimana jauh dari keluarga, merasakan bagaimana harus hidup prihatin, merasakan sulitnya mendapatkan ilmu, sulitnya menghafal, sulitnya belajar disiplin, sulitnya menghemat jika akhir bulan mencekik. Merasakan bagaimana bahagianya bisa mengikuti haflah Al-Qur'an, bahagianya bisa makan bersama dalam nampan, bahagianya pulang setelah lama menahan rindu.

07 April 2012

Kembali, saya menginjakan kaki di tempat tercinta ini. Banyak yang berubah setelah lama tak kembali, rindu sekali tempat ini. Sesampai di pondok, langsung aku menyusuri ruang demi ruang di pondok tercinta, mengingat-ingat kisah demi kisah di tempat ini. Sayang, tidak sempat mengambil setiap gambar untuk diabadikan, hanya foto di bawah ini yang saya abadikan.


Gerbang Biru.. (kami menyebutnya seperti itu)
Gerbang ini tidak pernah berubah, selalu berwarna biru. Semenjak awal aku masuk sampai sekarang jadi alumni, gerbang iini masih utuh dengan kemilau birunya. Gerbang yang menjadi saksi bisu atas para santri, gerbang yang menjadi pembatas antara pondok putra dan putri, gerbang yang apabila pintunya terbuka membuat para santri bahagia, karena bisa saling melihat atau mencari sang pujaan hati, meskipun samar. Gerbang ini menjadi saksi saat aku dan dia berpisah, menjadi saksi airmataku jatuh melihat dia pergi, oh beberapa tahun lalu tentunya. Gerbang ini pun menjadi saksi, saat aku dan ke-7 teman melewati gerbang dengan di tonton sebegitu banyak santi putra maupun putri sebab mendapat sangsi karena bolos sekolah, dengan memakai kalung besar yang terbuat dari kertas karton bertuliskan "Aku Bolos Sekolah". Gerbang ini menjadi saksi susah senangnya menjadi santri, saksi.

Lanjut lagi, mata sudah berair...

Malam ahad, seluruh alumni dikumpulkan. Pelajaran yang diambil ketika itu adalah bahwa "Persatuan itu gampang, tapi kesatuan yang sulit. Di pondok ini kita banyak mengharap berkah, ilmu manfaat, setelah selesai? kenapa kita tidak kembali lagi kesini, bagaimana kita berterimakasih. Kyai minta kita selalu saling menjaga tali silaturhmi, selalu dalam kesatuan,"


Al-Inaaroh...
Saya bangga pernah di tempat ini, duduk samping orang-orang berilmu, mencium punggung tangan kyai, juga nyai. Terimakasih untuk ketulusan serta kesabaran dalam membimbing kami, mengajari kami dengan kebesaran hati. 


Buntet Pesantren Cirebon

0 Response to "Mengikat Hikmah Haul Akbar Buntet Pesantren"

Posting Komentar

Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi