“Setiap Yang Berjiwa
Pasti Akan Mati”
Sore ini saya dikejutkan kabar
dari tetangga yang jaraknya hanya beberapa langkah dari rumah. Innalillahi wa
inna ilaihi rojiun… beberapa saat kemudian tetangga lain berhamburan keluar
rumah dan memadati rumah jenazah, termasuk saya. Maaf bukan maksud menggurui
pengunjung blog, saya hanya ingin berterus terang tentang apa yang saya
rasakan.
Saya, ibu, kakak dan ketiga adik
langsung memasuki rumah beliau dengan mendekap Al-Qur’an. Kami duduk tepat
menghadap beliau yang seluruh tubuhnya ditutup kain, menghadap beliau yang tak
lagi bergerak, kaku. Memulai bacaan Surat Yasin, sekali, dua kali, tiga kali.
Sesekali mendelik memerhatika beliau, dalam suasana haru cukup membuat saya
larut dalam renungan. Kembali saya diingakan Tuhan untuk mengingat kematian.
Kematian yang jaraknya tidak ada sejengkal dari kita.
Saya mengikuti proses selama
beliau dimandikan, dikafani, hingga beliau diangkat menggunakan kendaraan
terakhir. Ya Allah haru sekali ketika itu. Saya melihatnya, bagaimana tubuh
yang biasa melakukan aktivitas sendiri, mengambil air sendiri, mandi sendiri,
lalu ketika ruh telah berpisah dari jasad… apa yang bisa dibanggakan sebagai
kita, manusia. Setiap selesai mandi kita sibuk memilih pakaian mana yang cocok,
modis, indah dipandang, dan memakainya sendiri, lalu ketika ruh tiada?, kita
tak bisa melakukan semua itu lagi. Pakaian kita serba putih, tak bisa lagi
memilih pakaian sesuka hati seperti di Mall.
Tiba-tiba saya merinding, entah
apa yang jelas memikirkan hal itu membuat saya terenyuh, tertegun, merenung
selama saya hidup di dunia penuh tipu daya ini amal apa yang saya punya, bekal
apa yang saya simpan untuk nanti disana. Alah, saya belum memiliki apapun untuk
bekal disana, saya terlalu miskin.
Kita memang percaya bahwa kita semua pasti
akan mati. Tapi, setiap harinya kita lupa bahwa kematian itu bisa terjadi di
hari apapun, bahkan dalam keadaan apapun.
Allah telah menegur saya, bahkan
kita semua untuk selalu mengingat-Nya. Mengingat kita hanya makhluk lemah. Mengingatkan
kita untuk tidak terlalu memikirkan dunia. Mengingatkan kita untuk segera
memperbanyak bekal. Allah, maafkan saya… semoga akhir hidup kami, hembusan
nafas terakhir kami dengan berucap kalimat La ilaaha
illallah, Muhammad Rasulullah..
Secuil dari banyaknya hadist yang
sengaja saya ambil dari kitab Daqoiqul Akhbar, karya Imam Abdirrahim bin Ahmad
Al-Qadhiy, yakni:
Rasulullah
Saw bersabda: “Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling berat (menyedihkan)
bagi mayit adalah saat masuknya tukang memandikan mayit ke dalam rumahnya untuk
memandikannya, mereka mengeluarkan cincin pemuda itu dari jari-jarinya, melepas
pakaian pengantin dari badannya dan melepaskan sorban para syaikh dan fuqoha’
(ahli fiqih) dari kepalanya untuk memandikannya. Ketika ruhnya memanggil
(berseru) saat melihat jasadnya telanjang dengan suara yang dapat didengar oleh
seluruh makhluk kecuali jin dan manusia, dia berkata: “Hai tukang memandikan,
aku memohon kepadamu demi Allah agar engkau mencopot (melepas) pakaianku dengan
pelan-pelan, karena sesungguhnya saat ini aku sedang istirahat dari sakitnya
pencabutan Malaikat Maut.”
Masih ada kelanjutannya, sampai
mayit tiba di liang lahat. Esok saya lanjutkan lagi… ^_^
0 Response to "Artikel Kematian - Renungan"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi