Suatu malam… ketika aku memutuskan untuk duduk diteras rumah menikmati
desiran angin malam, aku melihat lukisan malam yang indah yang
diciptakan dengan sempurna melalui kanvas kebesaranNya di atas langit
kokoh…
Sebongkah cahaya bulat besar bersinar diantara
pijar-pijar kecil bintang-bintang yang berkerling lucu kearahku seolah
berusaha untuk menyapa dan menghiburku, membiaskan sedikit kedamaian
yang mengalir ke dalam jiwaku bersama helaan udara malam yang kuhirup…
Aku
ingat, pernah ada seorang gadis kecil berkata padaku… “lihatlah keluar
dan tataplah kelangit luas malam itu, carilah satu cahaya bintang
paling kecil yang nampak ingin redup, itulah aku…”. mmmmm… aku hanya
bisa tersenyum mendengar kata-kata itu, menggeleng dan menunduk bersama
senyumku, kemudian kembali ku mendongak menatap lukisan malam itu,
meniti sedikit demi sedikit ada apa dibalik langit malam yang
membentang kokoh dan mendalami rasa “si bintang yang redup itu”.
Mengapa
bintang redup harus merasa dirinya begitu kecil dan tak berarti???
Padahal aku merasa bahwa sekecil dan seredup apapun cahayanya, bintang
tetaplah bintang, menjadi bagian dari sebuah malam, menjadi teman dari
bulan pucat yang kesepian, dan melengkapi keindahan lukisan malam.
Bayangkan
saja kalau dilangit tidak ada “bintang kecil”! maka bintang yang
pijarnya terang dan besar tak kan pernah menjadi berarti, Bahkan bulan
akan nampak biasa saja, hanya seperti sepotong bulatan putih aneh
sendirian diantara hitam pekatnya malam. Namun karena ada satu pijar
kecil si bintang itu, bulan jadi lebih berarti karena ia jadi nampak
bersinar diantara redup-redup kecil para bintang. Dan bulanpun tak
seindah yang tampak dari kejauhan, sesungguhnya permukaan bulan tak
rata, cahaya putihnya tak sempurna oleh bercak-bercak permukaannya yang
tak rata, namun apa ada yang pernah memikirkan itu ketika menatapnya?
Sebagian hanya terkagum pada cahaya terangnya yang indah tanpa
memperhatikan detile kecil kekurangannya…
Mengapa kadang manusia hanya melihat sesuatu dari apa yang nampak menonjol dalam sekilas.
Tanpa menyadari sesuatu yang lebih besar yang justru mempunyai arti lebih dalam???
Kebanyakan
orang yang memandang kearah langit malam hanya memperhatikan keindahan
cahaya bulan atau kerlingan-kerlingan manja para bintang, tanpa
mempedulikan pekat malam yang terlukis tebal dibentangan langit. Ya…
pekat malam itu adalah komponen terpenting terciptanya keindahan
lukisan malam dan membuat segalanya jadi berarti.
Coba saja kalau
pekat malam itu tak ada disana? Apa arti bulan dan bintang? Bahkan
mungkin tak kan pernah ada yang sadar akan hadirnya bintang dan bulan
tanpa pekat malam itu. Apa lagi untuk sekedar memikirkan seberapa besar
pijar dari “seorang bintang”, para bintang dan bulan???
Ya…
semua itu tergantung dari mana cara kita melihat lukisan langit malam
itu… sebernarnya tak jadi masalah kecil atau besarnya ukuran bintang
itu, yang terpenting adalah bagai mana bintang itu mempertahankan
pijarnya sampai pagi datang dan merenggut segalanya, dan menjadikannya
tak berarti. Pekat malam, bulan dan para bintang hilang… lenyap…
0 Response to "Sastra Bahasa - Tentang Malam dan Bintang Redup"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar positif, salam sayang saling mengunjungi